Makalah rukun iman dan rukun islam
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan
rahmat dan inayah-Nya kami dapat menyelasaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Rukun Iman dan rukun Islam”
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
& saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita maupun masyarakat.
penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu rukun islam, yang terdiri dari
Syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rosul Allah,
Mendirikan Shalat, Membayar Zakat, Puasa ramadhan, dan Berhaji ke Baitullah.
Ibarat sebuah rumah, rukun islam merupakan tiang-tiang atau penyangga
bangunan keislaman seseorang. Di dalamnya tercakup hukum-hukum islam yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Rukun islam merupakan landasan operasional dari rukun iman. Belum cukup
dikatakan beriman hanya dengan mengerjakan rukun islam tanpa ada upaya untuk
menegakannya. Rukun islam merupakan pelatihan bagi orang mukmin menuju
keridhoan Allah.
Di antara kelima kewajiban ini, shalat menempati posisi paling penting, dan
disebut secara mencolok dalam Al-Qur’an mendahului zakat.
Dalam agama Islam terdapat
pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun Iman, terdiri dari enam pilar.
Ke enam pilar tersebut adalah keyakinan Islam terhadap hal-hal yang “ghoib”
yang hanya dapat diyakini secara transedental, sebuah kepercayaan terhadap
hal-hal yang diluar daya nalar manusia. Rukun Iman ini adalah terdiri
dari: 1) iman kepada Allah (Patuh dan taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya), 2) iman kepada Malaikat-malaikat Allah (mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan
kebesaran Allah di alam semesta), 3) iman kepada Kitab-kitab Allah
(melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara hanif. Salah satu kitab
Allah adalah Al-Qur'an), 4) iman kepada Rasul-rasul Allah (mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan
menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran), 5) iman kepada hari Kiamat (paham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan) dan 6) iman kepada Qada dan Qadar (paham pada keputusan serta
kepastian yang ditentukan Allah pada alam semesta).
B. Perumusan Masalah
1. Apakah lafaz dari syahadat?
2. Apakah pengertian dari shalat?
3. Apakah pengertian dari puasa?
4. Apakah pengertian dari zakat?
5. Apakah pengertian dari haji?
6.
Apakah yang dimaksud dengan rukun
Iman?
7.
Apakah kedudukan rukun Iman dalam
agama Islam?
8.
Apakah makna rukun iman terhadap
kehidupan seorang muslim?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui lafaz syahadat
2.
Untuk mengetahui pengertian
shalat
3.
Untuk mengetahui pengertian puasa
4.
Untuk mengetahui pengertian zakat
5.
Untuk mengetahui pegertian haji
6. Memahami maksud dengan rukun
Iman?
7. Mengetahui kedudukan rukun Iman
dalam agama Islam?
8. Memahami makna rukun iman
terhadap kehidupan seorang muslim?
D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini terdiri dari hal – hal yang saling berkaitan
antara bab I sampai dengan bab III yang memuat beberapa isi sebagai
berikut:
Bab I : Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penulisan dan sitematika penulisan.
Bab II Pembahasan membahas tentang Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji
dan Pembahasan tentang Rukun Iman.
Bab III Kesimpulan dan terakhir daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Rukun Islam
A. Syahadat
Syahadat adalah pernyataan kepercayaan dalam keesaan Allah dan Nabi
Muhammad sebagai rosulnya dan merupakan asas dan dasar bagi rukun islam
lainnya. Syahadat merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran islam. Syahadat
sering disebut dengan syahadatain karena terdiri dari 2 kalimat, yaitu
asyhadu an-laa ilaaha
illallaah
Kalimat Pertama menunjukkan pengakuan tauhid. Artinya, seorang muslim hanya
mempercayai AllĆ¢h sebagai satu-satunya Allah. Allah adalah Tuhan dalam arti sesuatu yang menjadi motivasi atau menjadi tujuan seseorang.
Jadi dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim memantapkan diri untuk
menjadikan hanya AllĆ¢h sebagai tujuan, motivasi, dan jalan hidup.
wa asyhadu anna
muhammadan rasuulullaah
Kalimat Kedua menunjukkan pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan AllĆ¢h.
Dengan mengikrarkan kalimat ini seorang muslim memantapkan diri untuk meyakini
ajaran AllĆ¢h seperti yang disampaikan melalui Muhammad saw, seperti misalnya
meyakini hadist-hadis Muhammad saw.
B. Shalat
Shalat berarti doa. Kata Salat itu sendiri dalam
bahasa Arab, berasal dari kata "tselota" dalam bahasa Aram (Suriah) yaitu induk dari bahasa di Timur Tengah. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna serangkaian kegiatan ibadah
khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Arti pentingnya shalat dapat dinilai dari kenyataan bahwa merupakan
kewajiban pertama. Dan meskipun shalat dan zakat sering disebut bersama-sama
dalam Al-Qur’an, Shalat senantiasa disebut lebih dahulu.
Adapun dalil diperitahkannya shalatang artinya :
“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya
shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Dalam islam tidak ada hari tertentu yang dikhususkan untuk shalat atau
berdoa, sebagaimana dalam agama Yahudi dan Kristen. Shalat atau berdoa
merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Ada shalat diwaktu shubuh
(fajr), shalat ditengah hari (dzuhur), shalat disore hari (ashar) shalat disaat
matahri terbenam (maghrib) dan shalat sebelum pergi tidur (isya).
Dengan demikian islam menuntut agar dalam berbagai kondisi beragam yang
dialami manusia, ruhnya harus selalu berhubungan dengan ruh Illahi.
Keimanan yang kuat terhadap
adanya Allah dan kemahakuasaanNya merupakan syarat sine qua non (yang tidak
dapa ditawar-tawar) dalam islam, dan shalat merupakan sarana untuk berusaha
meraih tujuan besar ini. Adapun rukun sholat adalah sebagai berikut :
1. Niat
2. Berdiri bila mampu
3. Takbirotul Ikhrom
4. Membaca AL-Fatikhah pada setiap rokaat sebelum ruku'
5. Ruku' dengan tuma'ninnah
6. I'tidal dengan thuma'ninnah
7. Sujud dengan thuma'ninnah
8. Duduk diantara dua sujud dengan
thuma'ninnah
9. Duduk untuk takhiyat akhir
10. Membaca Takhiyat akhir
11. membaca sholawat nabi ketika
takhiyat akhir
12. Salam
13. Tertib
C. Puasa
Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa
adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri
dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa
sejak terbit matahari / fajar / subuh hingga matahari terbenam / maghrib dengan
berniat terlebih dahulu sebelumnya.
Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap
hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu
bersyukur kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.
Adapun dalil yang memerintahkan shalat yaitu yang artinya :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS.
Al-Baqarah: 183)
D. Zakat
Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir
miskin dan sebagainya) menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syarak.
Zakat merupakan rukun ketiga dari Rukun Islam. dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah seperti salat, haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci
berdasarkan Alquran dan Sunah. Zakat juga merupakan amal sosial kemasyarakatan
dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia
dimana pun.
Adapun dalil diperitahkannya berzakat:
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS. At-Taubah: 103)
Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
1. Zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok yang
ada di daerah bersangkutan.
2. Zakat maal (harta)
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil
ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis memiliki
perhitungannya sendiri-sendiri.
Adapun orang yang berhak menerima zakat:
1. Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan
pekerjaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
2. Miskin adalah orang yang memiliki harta dan pekerjaan
tapi tidak mencukupi kebutuhan pokoknya
3. Amil adalah Panitia zakat/orang yang bertugas
membagikan zakat
4. Muallaf adalah Orang yang baru masuk Islam
5. Riqob adalah budak yang dijanjikan untuk dimerdekakan
jika mampu menebus dirinya
6. Ghorim adalah orang yang memiliki banyak hutang dan
tidak sanggup membayarnya
7. Sabilillah adalah orang yang berjuang untuk agama Allah
8. Ibnu sabil/Musafir adalah orang yang melakukan
perjalanan jauh.
E. Haji
Haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk
melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Haji merupakan rukun Islam
yang kelima setelah syahadat, salat, puasa dan zakat. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang
dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik,
dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa
tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal
sebagai musim haji (bulan Zulhijah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan
sewaktu-waktu.
Adapun dalil diperintahkan berhaji yaitu :
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam.” (QS. Al-Imran: 97)
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun
Iman, terdiri dari enam pilar yaitu :
2.1.2 Rukun islam
A. Iman Kepada Allah Ta’ala
Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan
Raja segala sesuatu, Dialah Yang Mencipta, Yang Memberi Rizki, Yang
Menghidupkan, dan Yang Mematikan, hanya Dia yang berhak diibadahi. Kepasrahan,
kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh diberikan
kepada selain-Nya, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan
kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan.
Mempercayai bahwa Allah itu adalah Zat (essensi) dan Ada (eksistensi) pada
Allah Maha Esa itu merupakan satuan, Ada pada Allah itu bersifat mutlak,
berbeda dengan eksistensi manusia bersifat nisbi. Aliran Sunni menambahkan
beberapa Sifat-Ilah yang merupakan suatu kemestian, yaitu Azali (al-Qidam), kekal
tanpa batas (al-Baqa), berbeda dengan setiap kebaharuan (MukhĆ¢lafat lil
HawĆ¢dits), keberadaannya itu pada zat-Nya sendiri (QiyĆ¢muhu bi Nafsihi), maha
esa (al-WahdĆ¢niyat), berkemampuan tanpa batas (al-Qudrat), berkemauan tanpa
hambatan (al-IrĆ¢dat), tahu atas setiap sesuatu (al-u), hidup (al-Hayt),
mendengar (al-Samak), menyaksikan (al-Bashar), berbicara menurut zat-Nya
(al-Kalam).
B. Iman Kepada Para Malaikat-Nya
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki
malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang
diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan
malam tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan
yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat
mutawatir dari nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di
langit dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai
pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil
(terperinci), para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang
belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka secara ijmal (global).
C. Iman Kepada Kitab-Kitab
Maksudnya adalah, meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki
kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang
benar-benar merupakan Kalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan
petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui
jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah
disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib baginya mengimaninya secara tafshil,
yaitu Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain wajib mengimani bahwa
Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib pula mengimani bahwa Allah telah
mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh kitab lain yang
diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta
menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok
ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah
dari pergantian dan perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan,
dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
D. Iman Kepada Rasul-rasul
Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah telah
mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.
Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada
manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka, wajib
beriman kepada semua rasul secara ijmal sebagaimana wajib pula beriman
secara tafshil kepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh
Allah, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain
mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang
mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib
pula beriman bahwa Muhammad shalalallahu alaihi wa salam adalah yang paling
mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan
manusia, serta tidak ada nabi setelahnya.
Kecuali mesti beriman terhadap Nabi Muhammad, yang merupakan bagian kedua
pada Syahadatain, maka setiap Muslim diwajibkan pula mempercayai Rasul-Rasul
Allah pada masa-masa sebelumnya dan memuliakannya. Di dalam kitab suci
Al-Qur'an terdapat nama dua puluh lima Rasul Allah, yang satu persatunya disebutkan
dengan nyata, yaitu : Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Ismail,
Ishak, Yaakub, Yusuf, Ayub, Zulkifli, Syu'aib, Musa, Harun, Daud, Sulaiman,
Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakharia, Yahya, Isa,
Beberapa dalil mengenai adanya
rasul Allah adalah sebagai berikut:
1) "Kami utus pada setiap ummat
itu seorang Rasul", (Nahal, 16:36).
2) "Kami tidak akan memikulkan
siksa (atas sesuatu ummat) kecuali lebih dahulu Kami utus seorang Rasul,"
(Isra', 17:15).
E. Iman Kepada Kebangkitan Setelah
Mati
Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang
adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang
yang berbuat baik dan kejahatan orang-orang yang berbuat jahat. Allah
mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki. Pengertian alba’ts
(kebangkitan) menurut syar’i adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya
kembali nyawa ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti
belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi
penyeru. Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia
maupun di akhirat.
F. Iman Kepada Takdir Yang Baik
Maupun Yang Buruk Dari Allah Ta’ala.
Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala
kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala telah
mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum
menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan
apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh
Mahfuzh sebelum menciptakannya. Allah berfirman ”Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran).” (Al-Qomar: 49)
2.1.3 Pengaruh Iman terhadap
Kehidupan Seorang Muslim
Berikut ini adalah pembahasan mengenai pengaruh dan dampak keimanan
seseorang muslim terhadap perilakunya sehari-hari.
a. Pengaruh Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi
perilaku seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan
pada dampak perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha
Melihat dan Maha Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati
dan waspada, ia tidak akan merasa sendirian, kendati tidak ada seorang
manusiapun di sekitarnya, sebab ia yakin bahwa Allah itu ada. Karena itu selama
iman itu ada dalam dirinya, tidak mungkin ia dapat berbuat yang tidak sesuai
dengan perintah Allah.
b. Pengaruh Iman Kepada Malaikat
Keyakinan terhadap adanya malaikat, bukan hanya sebatas mengetahui nama dan
tugas-tugasnya, akan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita yakin ada
malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang muslim akan
senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari
bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat. Begitu juga dengan
keyakinan adanya malaikat, maka seorang muslim akan senantiasa optimis dan
yakin perbuatan yang baiknya tidak akan sia-sia dilakukan. Oleh karena itu iman
kepada malaikat akan melahirkan sikap berhati-hati, optimis, dan dimanis, tidak
mudah putus asa atau kecewa.
c.
Pengaruh Iman Kepada Kitab
Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang kuat
akan kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh manusia
telah diberitahukan Allah dalam kitab suci. Manusia tidak memiliki kemampuan
untuk melihat masa depan yang akan ditempuhnya setelah kehidupan untuk melihat
masa depan yang akan ditempuhnya setelah hidup berakhir, maka dengan
pemberitahuan kitab suci manusia dapat mengatur hidupnya menyesuaikan dengan
rencana Allah, sehingga manusia mempunyai masa depan yang jelas.
d. Pengaruh Iman Kepada Rasul
Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul
maka manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang
sesuai dengan apa yang diharapkan Allah. Dengan perilaku yang dicontohkan
Rasulullah, maka manusia akan mempunyai pegangan yang jelas dan lengkap
mengenai berbagai tuntutan kehidupan baik yang berhubungan dengan Allah,
hubungan antar manusia maupun lainnya.
e.
Pengaruh Iman Kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya
hari akhir sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan
melahirkan sikap optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam
kehidupan manusia, karena semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah dan
balasannya. Manusia tidak akan kecewa apabila di dunia ia tidak memperolah
balasan dari amal perbuatannya, karena ia yakin di hari akhir ia akan
memperoleh balasan apa yang ia perbuat di dunia ini. Apabila seorang muslim
yakin akan hari akhir, maka ia akan terhindar dari sikap malas dan suka
melamun, melainkan ia akan terus berproses dan mencari makna kehidupan.
f.
Pengaruh Iman Kepada Takdir
Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan
putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah
takdirkan kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang
muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh
karena itu, jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar, sebab buruk
menurut kita belum tentu buruk menurut Allah, sebaliknya baik menurut kita
belum tentu baik menurut Allah. Karena itu dalam kaitan dengan takdir ini
segogjayanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus
berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
BAB III
KESIMPULAN
1. Syahadat sering disebut dengan syahadatain
karena terdiri dari 2 kalimat, yaitu
Kalimat pertama :
asyhadu an-laa ilaaha
illallaah
Kalimat kedua :
wa asyhadu anna
muhammadan rasuulullaah
2. Shalat berarti doa. Shalat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
3. Puasa adalah menahann diri dari
makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak
terbit matahari hingga matahari terbenam.
4. Zakat adalah sebagian
harta yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan
kepada golongan yang berhak menerimanya
5. haji ialah menuju ke Baitullah
dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu
pula
Rukun Iman dapat diartikan
sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan seorang muslim, dalam hal
ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam ajaran Islam, yaitu:man
kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah,
Iman kepada hari Kiamat, Iman kepada Qada dan Qadar,
b.
Iman kepada Allah serta iman
kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi perilaku seorang muslim, sebab
keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak perilakunya. Jika
seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha Mendengar,
maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan
merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya.
c.
Keyakinan terhadap adanya
malaikatakan berpengaruh terhadap perilaku manusia. Jika kita yakin ada
malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang muslim akan
senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari
bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.
d. Iman kepada kitab Allah bagi manusia
dapat memberikan keyakinan yang kuat akan kebenaran jalan yang ditempuhnya,
karena jalan yang harus ditempuh manusia telah diberitahukan Allah dalam kitab
suci.
e.
Iman kepada rasul merupakan
kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul maka manusia dapat melihat
contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang sesuai dengan apa yang
diharapkan Allah.
f.
Beriman kepada hari akhir atau
hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya hari akhir sebagai ujung perjalanan
umat manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan sikap optimis, yakni
bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan manusia, karena semuanya akan
dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.
g.
Beriman kepada takdir akan
melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan putus asa, sebab yang
menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan
Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan
sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Comments
Post a Comment